Saya sudah lama mengamati Jason Ranti. Musisi yang membuat lirik lagu dengan tema-tema satir (mengritik dengan kelucuan). Kalau anda mendengar lagu “bahaya komunis” sebuah lagu yang mengajak para kaum delussy untuk sadar diri meskipun akhirnya mereka memang tidak pernah mengerti makna dalamnya. Di era post truth ini tentu lagu ini hanya bisa dipahami mereka yang mikir, bergaya selow dan paham bagaimana menelisik hoax. Atau anda dengarkan lagu berjudul “lagunya begini nadanya begitu” sebuah lagu persembahan untuk Sapardi Djoko Damono. Lagu Variasi Pink, Kafir, Doa Sejuta Ummat, Suci Maksimal, lirik lagu AnggurMan yang menyebut Prabowo, FPI dan lainnya.
Jason Ranti memang pendatang baru, tapi keseriusannya mengritik dengan kelucuan adalah satu imajinasi musisi pinggiran. Tentu dia tidak pernah memimpikan menjual kaset dan berharap jutaan kopi. Sebagai musisi dia menguatkan karakter dan membangun pesan melalui lirik yang menggelitik. Saya chek IG Jason Ranti juga banyak dipenuhi dengan komentar candaan. Di sinilah Jason Ranti jelas menikmati hari demi hari dari panggung ke panggung. Bahkan saya melihat dia tampil di Bali dan bernyanyi di Taman Baca Kesiman. Sebuah rumah baca progresif dan rajin mengadakan diskusi di Bali.
Ekonomi Kreatif memang peluang bagi mereka yang memiliki karakter. Musik tidak lagi dipandang arus kekuasaan para pemilik perusahaan label. Musisi seperti Jason Ranti, Danto “Sisir Tanah”, Iksan Sekuter, dan musisi pinggiran lainnya sudah mengalami pengalaman menjadi pemusik militan. Mereka hadir untuk berkarya meskipun pada akhirnya fans yang bisa membuat mereka terus hidup.
Lagu mengalir bersama nadi rakyat, dia menangkap persolan dengan sekitar dengan serius, jenaka dan menjadi lirik-lirik yang menggugah. Untuk anak-anak muda kota, Jason Ranti adalah musisi urban dengan lirik menggelitik.
Saya percaya karya akan hidup dengan para fans yang juga imajinatif. Dibanding dengan band Noah misalnya, fans Jason Ranti lebih terpelajar dan tentu tidak heran lagi dia muncul dari panggung ke panggung perguruan tinggi. Musiknya adalah pengetahuan, kelucuan, juga kritik-kritik terhadap para elit.
Saya tidak tahu berapa bayaran Jason Ranti dipanggung, tapi musisi militan berawal tidak melulu soal uang. Apabila hari ini dia mulai dihargai secara profesional, itu karena dia memantaskan diri. Andaikan ada tim yang memback up Jason Ranti dengan sumber daya kreatif yang juga dimiliki oleh Tim Endank Soekamti misalnya. Maka Jason Ranti juga akan menghidupi banyak hal di sekitarnya. Merchendise, Youtube, Instagram dan lainnya. Ekonomi Kreatif khususnya bidang musik memang telah berubah lama. Dia tidak bergantung lagi pada perusahaan lebel rekaman. Para kaum indie sudah begitu banyak, dan mereka telah merebut pasarnya masing-masing.
Tentu Ekraf musik akan terus berkembang, para pengcover lagu di channel youtube juga sudah banyak yang menikmati dolar. Apakah sampai di sini, tentu tidak. Revolusi Industri melalui media digital terus akan memberi kejutan bagi siapa saja yang kreatif. Dan kita yang hanya menonton akan melihat perubahan sosial disekitar kita memang bergerak lebih cepat. Silahkan dengarkan lagu Jason Ranti melalui Departemen Penerangan Jason Ranti.
Salam,
Dharma Setyawan